Pithecantropus Julyenos

Bulan itu bersinar diantara ubun-ubun yang berasap digarang pikiran. Sinarnya terang bak kemilau wajah-wajah imut hasil editan. Menyerah, seperti kokok ayam ketika masih malam. Terlalu dini. Terlalu cepat untuk berpasrah diri. Lebih baik kulanjut minum teh. Ada gulanya. Ada semutnya juga. Biarin. Itu tambahan protein.

Juli. Waktu berjalan begitu cepat. Baru saja selesai sholat, adzan datang dengan kilat. Yaelah, ternyata sholatnya telat. Seperti gadis muda yang hamil karena telat ngangkat. Tuhan, mungkin aku tidak tepat. Kukira kuat, ternyata belum hebat. Maklumlah, namanya juga belum cermat.

Apabila waktu bisa ditukar kembali, akan aku tukar masa muda yang sedih dan salah pilih. Diralat, direvisi, atau direformasi. Meniti karir yang lebih rapi. Menata cinta yang lebih mesra. Namun yang lalu biarlah berlalu. Biar dilukis dalam kanvas keikhlasan. Tidak ada penyesalan. Ada kelegaan. Seperti rutinitas pengeluaran pada bilik jamban.

Juli. Agar semuanya wangi dan bersih. Agar semuanya putih dan suci. Agar semuanya tampan dan cantik. Ukir saja bulan ini dengan senyum yang baik. Juli tak akan berubah menjadi Juki jika kita lebih teliti. Juli tak akan jadi Jupri bila kita mendengarnya jernih. Atas nama Juli, biarkan cinta dan harapan tergugah lebih positif.

2 comments

Tinggalkan komentar