Pithecantropus Singleanus

Matahari. Kita jarang bertegur sapa. Kita jarang bertatap cahaya. Ketika kau meninggi, aku baru saja membuka mata. Entah berapa masa hal itu terlewat begitu saja. Entah berapa banyak rezekiku yang dipatok ayam. Namun tak masalah, karena nanti ayamnya tinggal ku makan. Sehingga rezekinya menyatu dengan tubuhku secara maksimal. Matahari meredup ketika senja. Saat itu, sore, di warung teh Uri, banyak kalimat di kepala. Menanyakan cinta ada dimana. Apakah cinta hanya milik si Rangga?

Banyak yang bilang single itu menyenangkan. Bisa dekati dia, dia, dia, dia dan dia, kecuali orangnya sudah tak bernafas. Menjadi single itu tidak semudah mengedit profile picture akun social media. Banyak halangan dan juga rintangan yang menjadi masalah dan beban pikiran. Single, berkelana setiap hari demi mendapat cinta suci. Single yang sering dibanggakan dengan berkata “i’m single and very happy” adalah single yang menutup lukanya sendiri dengan memanipulasi persepsi. Mengenai hal itu, aku sendiri sangat amat yakin bahwa single adalah bahasa Inggris.

Menatap langit. Hari sudah benderang. Dejavu. Bangun siang seperti kemarin. Matahari mulai menatap dengan garangnya. Menghidupi semua mahluk bumi. Memberi kesempatan bagi jutaan single di dunia untuk menemukan cinta abadinya. Cahaya cinta ciptaan Yang Maha Esa. Diseberang laut, diatas gunung, atau disamping pak kusir yang sedang bekerja, cinta ada dimana-mana. Kenapa kita masih sendiri saja? Apakah seharusnya mata hati lebih terbuka? Lebih terbuka dari kaum yang pamer belahan dada di facebooknya. Oh Tuhan bimbinglah kami kesana. Merasakan kembali denyut cinta yang berdegup di dada. Single tak selamanya bahagia. Single tak bahagia selamanya. I’m single and i’m very worry.

14 comments

Tinggalkan komentar