Pithecantropus Statixis

Okelah. Disini listrik mati. Tak ada kekuatan yang mampu menyalakannya selain PLN itu sendiri. Dan tentu kuasa Tuhan tak akan mampu disaingi. Termasuk soal rezeki. Tidak hanya berwujud uang. Juga bisa berupa jodoh atau kesehatan.

Bagaimana aku tahu bahwa kamu makan bakwan 2 biji, hey Rifa’i ? Karena aku disampingmu Sore tadi. Minta dibayari. Sore yang cantik sehabis main Voli. Dada terasa pengap oleh nikotin jahat yang selalu kuhisap sebatang demi sebatang sebagai salah satu bentuk bantuanku pada pemerintah meningkatkan devisa negara.

Hari terus berganti. Aku meraba-raba apa yang telah aku lakukan sehari ini. Selain minum air, tak diduga aku juga makan nasi. Seperti biasanya kan? Tidak! Kali ini aku makan nasi uduk gratis. Itu memang nikmat. Tapi rasanya tak ada yang lebih lezat dari masakan seorang pasangan hati. Ah kamu.

Wajahmu makin lama makin menarik saja. Hasil terpaan efek kamera. Wajahku makin lama makin terlihat tua. Hasil terpaan usia. Direkam, diedit, sedemikian rupa. Sampai lupa wajah aslinya. Apa daya, tuntutan gaya hidup social media.

Apa kabarmu? Sedang apa kau disitu? Dengarlah ini suaraku. Yang datang dari hati dan juga pikiran. Campuran dari musik yang melankolis, balsem yang praktis, dan rindu yang statis. Semoga kamu dengar walau sekarang sedang nyuci piring di Atlantis.

22 comments

      1. Wkwkwwk, ah siapa blg mas? Td pagi Cinta naik gojek ke kampus loh, tp msh nyasar2 aja abang gojek, muter2 hampir 30mnt, mlaha nanya ini itu, sebel Cinta mah *malah curhat 😁

        Suka

Tinggalkan komentar